Sabtu, 14 Mei 2011

Tanpa judul II

ketika malam, merenung ku memungut serpih serpih
mimpi tentang ; perahu yang luka , sajak sajak yang liar, huma yang terlantar
dan seribu jarum yang menghunjam di kepala
dengan lembut kubelai rambutnya, sambil membisikan kata
kekasih, inilah kota yang menghimpit kecemasan ku
tebing tebing kaca Jakarta yang kian menjulang
malam adalah jantung ombak di lautan yang berdebar di lautan
yang tak sepi dari rahasia dan kegelisahan
yang tak bosan membanting kuntum demi kuntum kehidupan
maka janganlah berhenti dalam suatu
meski pelabuhan sepi
tiba tiba
lelakiku, remajaku
berlayarlah dengan tegar
sebelum langit memijar
sebelum laut menggelegar